Belajar Sukses dari Orang Sukses


Sembilan hari yang lalu, saya mengikuti acara pemberangkatan Abah Budi yang mau umroh. Beliau berangkat dengan 6 anggota keluarga diantara salah satunya adalah pembantunya. Sungguh bersyukur saya termasuk orang yang diundang, karena bisa menyaksikan dan ikut mendengarkan tausiyah serta doa dari serangkaian acara keberangkatan tamu Allah.

Pada pagi itu Gus Idris sebagai khutbah umrohnya, beliau menjelaskan bahwa rumah Allah tidak harus di datangi orang kaya saja. Tapi rumah Allah bisa di datangi siapapun yang ingin bertamu kepada Allah. Beliau melaksanakan umroh ini adalah yang sudah ke dua kalinya, yang pada kesempatan ini berniat mengantarkan anaknya yang bernama Ragil. Ternyata dari kesuksesan karir beliau di dukung dari amalan spiritualnya dan ditambah rasa sosialnya yang dilakukan oleh istrinya setiap bulan.

Sebelum menjadi orang sukses, dulu Abah Budi adalah pedagang emperan. Setiap kali berjualan alat-alat listrik, seperti obeng, lampu, saklar dan lain-lain beliau menggelar karpetnya dulu di emperan jalan raya. Tahun 2006 sudah memiliki toko tapi kontrak dan menjadi sumber segala punjer bisnis beliau, dan awal tahun 2020 sudah mempunyai toko cabang yang berada di daerah Mojosari, berdiri megah yang dibeli dengan biayanya sendiri. Dan sekarang juga membeli dua toko yang berada di dekat toko lama seharga 2 Milyar.

Dibalik kesuksesan beliau adalah kerja keras tanpa dilihat nilai untungnya. Kata beliau, intinya kerja, kerja dan kerja. Beliau juga pernah bercerita bahwa beliau tidak mempunyai guru spiritual untuk melakukan amalan-amalan tiap harinya. Dan yang sangat berpengaruh dari keberhasilan beliau adalah mendekatkan diri kepada Allah, minta perlindungan dan rezeki dari Allah dengan cara sebelum bekerja beliau melaksanakan sholat duha 10 rokaat dulu, ayat yang dibaca QS. At-Takasur sampai dengan QS. Al-Ikhlas.

Selain dibalik semua adalah istrinya, setiap hari ikut bekerja menemani sang suami. Dari hasil penjualan setiap hari, sang istri menyimpan uang tiga ratus ribu dikumpulkan hingga satu bulan dapat mengumpulkaan uang sebesar sembilan juta rupiah. Dalam satu bulan itu dikeluarkan untuk disedekahkan kepada tetangga atau masyarakat yang tidak mampu. Setiap hari Jum’at legi istrinya membelanjakan sembako untuk 50 orang yang miskin dan para ibu-ibu duda.

Hal-hal itulah yang membuat keluarga abah Budi sejahtera dari amalan dunia dan akhirat. Allah berfirman ” Waidz ta’adzana robbukum Laingsyakartum la’adzidannakum, walaingkafartum inna adzabi lasyadid.” (QS. Ibrahim : 7). Yang artinya; Serta ingatkanlah pada Tuhanmu dengan “Kenyataannya apabila kamu bersyukur maka Allah akan menambahkan rezeki (nikmat) kepadamu. Jika kamu kufur nikmat atau mengingkari nikmat-Nya, maka siksa Allah sangatlah pedih”.

Dari firman Allah tersebut keluarga abah Budi sudah membuktikan bahwa jika kita diberi nikmat Allah harus kita syukuri. Cara bersyukur abah Budi dari kenikmatan Allah yang diberikan yaitu bersedekah, bebagi dengan orang-orang yang tidak mampu. Perlu diingat komitmen, kerja keras, usaha yang maksimal dan berbagia ikhtiar yang lain perlu diiringi dengan mendekatkan diri kepada Allah dan perlu berdo’a kepada Allah. Dengan berdo’a kepada Allah, kita butuh pertolongan Allah dan tidak sombong kepada Allah. Maka Allah akan menjaga dan melindungi kita, dari seluruh apa yang kita miliki.

Leave a comment