Menumbuhkan Kesadaran Menuju Siswa Teladan


Menumbuhkan kesadaran kepada siswa adalah gampang-gampang susah. Gampang diucapkan, gampang diterima oleh pendangaran, dan gampang diserap oleh pikiran. Tapi dalam pelaksanaannya perlu pembiasaan setiap hari, karena siswa kalau di lihat pada zaman sekarang berada titik aman dan nyaman. Aman dari pengawasan orang tua dan nyaman dengan berbagai aplikasi yang berada di Smartphonenya. Dua puluh empat jam, HandPhone itu tidak bisa lepas dari genggaman kedua tangannya.

Dalam waktu kurang lebih 24 jam, lebih banyak waktunya bersama HPnya dari pada dengan Tuhannya padahal Allah yang menciptakannya, memberi segala kenikmatan, kesehatan dan lain sebagainya.  Lebih banyak bersama HPnya daripada menyisihkan waktu untuk membantu orang tuanya. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh Guru yaitu: Pertama, menumbuhkan kesadaran dalam meningkatkan keimanan dan memaksimalkan ibadah kepada Allah SWT. Kedua, menumbuhkan kesadaran bersikap sopan dan membantu orang tua. Ketiga, menumbuhkan kebiasaan membaca al-Qur’an. Keempat, menumbuhkan kesadaran rasa cinta terhadap Negara dan persatuan bangsa. Kelima, menumbuhkan kesadaran hidup sederhana.

Pertama, menumbuhkan kesadaran dalam meningkatkan keimanan dan memaksimalkan ibadah kepada Allah SWT. Iman merupakan fondasi dalam mewarnai kepribadian Muslim, seperti melaksanakan ibadah lima waktu sehari semalam merupakan bukti keimanan. Sesuai sabda Nabi sholat adalah tiang agama, sholat adalah pembeda dari cara ibadah tiap agama. Bila sholat dilaksanakan sesuai waktunya, maka akan melatih kedisiplinan baginya. Siswa yang biasa melaksanakan kewajiban ibadah, maka ia akan terbiasa datang sekolah tepat pada waktunya dan berusaha tidak terlambat. Karena didalam hatinya tidak ada niat untuk meremehkan perintah Allah dan melaksanakan kewajiban dengan sebaik-baiknya.

Bila siswa sudah menumbuhkan kesadaran akan kewajibannya maka melaksanakan perintah Allah tidak harus disuruh, tidak harus diingatkan atau dibangunkan memakai air yang guyurkan ke tubuhnya untuk melaksanakan sholat. Melaksanakan ibadah sholat dengan kesadaran dirinya, dimanapun mereka berada dan kapanpun juga di dalam hatinya akan ingat perintah Allah dan melaksanakan kewajiban dengan sebaik-baiknya, dan takut jika melanggar perintahnya.

Kedua, menumbuhkan sikap sopan dan santun kepada orang lain dan lebih kepada kedua orang tua. Orang tua adalah yang menjaga kita dari dalam kandungan hingga sampai menikah. Proses kehidupan perlu dipahami, ibu mengandung selama kurang lebih 9 bulan, selama itu banyak pengorbanan yang ia lalui. Begitu juga saat kita lahir di dunia, pengorbanan yang super dahsyat yang ibu kita lewati. Dari kecil dilatih bicara, dilatih berbicara namun setelah usia remaja tak pernah mendengar kata-katanya, nasehatnya, kaki tidak mau bergerak dan malas untuk membantunya atau menyelesaikan tugas sehari-hari padahal orang tua butuh pertolongan anaknya.

Musthafa Al-Galayain menyatakan, Subban Al-Yaum Rijal Al-Ghad (pemuda hari ini adalah pemimpin hari esok). Kalau seperti ini realitanya pemimpin masa depan akan melahirkan pemimpin yang tidak punya budi pekerti yang baik. Oleh karena itu, seharusnya pemuda sekarang adalah pemuda yang giat dalam berlomba-lomba dalam kebaikan. Siswa yang rajin beribadah, siswa yang gemar membaca al-Quran, dan siswa yang menjadi anak sholeh yang bisa mendo’akan kedua orang tuanya, ketika di dunia dan di akhirat.

Ketiga, menenamkan siswa agar mereka gemar membaca al-Qur’an atau memahami kitab suci yang mereka yakini. Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam sebagai pedoman, sebagai petunjuk manusia dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Bila wahyu pertama turun adalah QS. Al-Alaq, maka siswa tidak hanya membaca al-Qur’an saja, tapi mereka bisa membaca buku-buku sekolah atau karya-karya buku yang lain. Karena membaca dalam aneka maknanya adalah syarat pertama dan utama pengembangan ilmu dan teknologi, serta syarat utama membangun peradaban dan pengetahuan.

Al-Qur’an sejak dini memadukan usaha pertolngan Allah, akal dan kalbu, piker dan dzikir, iman dan ilmu. Akal tanpa kalbu menjadikan manusia seperti robot, piker tanpa dzikir menjadikan manusia seperti setan. Iman tanpa ilmu seperti pelita di tangan bayi, sedangkan ilmu tanpa iman bagaikan pelita di tangan pencuri. Al-Qur’an sebagai kitab terpadu, mengahadapi, dan memperlakukan peserta didiknya dengan memperhatikan keseluruhan unsur manusia, jiwa, akal dan jasmaninya. Perlu ditanamkan juga mengenai manfaat Al-Quran sebagai obat dan rahmat. Allah berfirman, “Al-Qur’an diturunkan sebagai penawar / obat dan menjadi rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan Allah tidak memberikan tambahan kepada orang-orang zalim kecuali kerugian.

Keempat, menumbuhkan rasa cinta kepada Negara tentunya cinta negera Indonesia. Negara Indonesia adalah negara yang berazaskan Pancasila, pada dasarnya Pancasila merupakan dasar negara adalah tidak bertentangan dengan syariat Islam dan tidak boleh dipertentangkan. Karena Pancasila itu sendiri sudah mencerminkan nilai ketauhidan yang inti dari ajaran Islam itu sendiri. Di samping juga mengandung nilai-nilai ajaran Islam lainnya, seperti keadilan, toleransi, dan musyawarah.

Negara Indonesia yang terdiri dari suku, ras, budaya dan agama. Oleh karena itu, lembaga sekolah tidak bisa dipungkiri lagi kalau ada siswanya yang berbeda agama. Sikap toleransi harus kita tanamkan di hati para siswa, mereka tetap bersikap baik kepada teman yang berbeda agama. Lebih-lebih bisa menganggap teman yang berbeda agama tersebut seperti siswa yang beragama yang kita yakini, ketika ada kelompok belajar. Jangan sampai ada rasa intoleransi, memilih-milih teman kalau tidak beragama yang diyakininya ia tidak mau. Oleh sebab itu, antar siswa seharusnya bisa saling menghargai, saling menghormati, saling menolong satu sama lainnya.

Kelima, menumbuhkan kesadaran hidup yang sederahana. Kehidupan sederhana memiliki manfaat yang banyak antara lain; dapat menumbuhkan solidaritas sosial, merasakan penderitaan orang lain, membentengi jiwa seseorang dari sikap rakus, tidak foya-foya, dan tidak menimbulkan sikap hidonis (bersenang-senang), tidak menimbulkan sikap pamer dan tidak iri hati. Bila sudah menumbuhkan pola hidup yang serba sederhana, walaupun hidup dilingkungan yang rentan dengan kemewahan, siswa dapat membentengi diri untuk bisa tetap sederhana dan bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.

Dari beberapa hal di atas sebagai bentuk usaha para Guru untuk memberi wejangan kepada siswa agar bisa menumbuhkan kesadaran-kesadaran akan kewajibanya sebagai makhluk Allah, kewajibannya sebagai anak yang yang harus bakti pada orang tua dan menumbuhkan kesadaran untuk mencintai dirinya sendiri dan mencinta harapan masa depannya.  Perlu disadari, saat guru menginginkan siswanya berubah menjadi menurut kepada gurunya, bisa langsung nurut mengerjakan sholat tepat pada waktunya, atau cinta membaca buku atau Al-Qur’an, tidak bisa akan bisa seacara langsung.

Nabi yang tidak bisa merubahnya adalah Nabi Ibrahim As, Nabi yang tidak bisa merubah anaknya adalah Nabi Nuh As, Nabi yang tidak bisa merubah istrinya adalah Nabi Luth, dan Nabi yang tidak bisa merubah pamannya adalah Nabi Muhammad SAW. Tentunya kesuksesan dan perubahan siswa adalah mendapat hidayah dan pertolongan dari Allah SWT, kita sebagai guru hanya mengarahkan dan mendidiknya serta mendo’akannya.

Semoga siswa yang dulunya berperilaku yang madzmumah (tercela) menjadi mahmudah (akhlak yang baik). Yang asalnya malas beribadah, bisa lebih giat dan disiplin beribadah, siswa yang dulunya malas membaca menjadi siswa gemar dan cinta membaca. Dan semoga siswa kita menjadi agent of change pada dirinya, keluarganya, lingkungannya. Dan semoga mereka bisa menjadi siswa teladan, teladan bagi teman-temanya, teladan untuk adik-adiknya, atau memberi teladan kepada orang lain yang bisa menjadikannya orang tersebut juga memberi manfaat pada dirinya, dan alam semesta.

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Mujammil Qomar, M.Ag. Dimensi Manajemen Guruan Islam (Malang, emir-Erlangga: 2015) hal. 192-194.

Dr. M. Quraish Shihab, MA., “Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudhu’I Pelbagai Persoalan Umat” (Bandung, Mizan cet 13 1996) hal.6

Dr. Abdul Moqsith Ghazali, dkk. “Narasi Islam Damai” (Jakarta: Wahid Foundation, 2016) hal.2

Rezha Rendy, “Pola Pertolongan Allah, Membumikan Tauhid Sebagai Solusi Hidup” (Jakarta: PPA Institute, cet. Kelima, Juli 2016) hal. 23.

PROFIL

Nama M. Abd Rahim, S.Pd.I, M.Pd.  lahir di Tuban, 29 Desember 1986. Desa Leran Kec. Senori Kab. Tuban. Guru PAI di SMK PGRI 1 Surabaya. Bisa dihubungi melalui HP/WA: 085731176564 , instagram: m.abd.rahim, canel youtobe : M. Abd. Rahim, Twitter: @4bdulrahim. dan Email Fb: mrahim92@guru.smk.belajar.id. Mulai menulis Puisi aktif dan langganan juara di Majalah Dinding sekolah Madrasah Aliyah (MA) 2005-2006. Sekretaris Buletin  BRISMA’S MA (2005), Designer dan Layouter Buletin Manhaj KI Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya (2010) sekaligus Buletin Al-Qolam UKM IQMA IAIN Sunan Ampel Surabaya (2010-2011), serta pengurus Majalah Kampus “ARRISALAH” Fakultas Syari’ah IAIN SA (2009-2010). Menjadi ketua Umum IQMA UINSA Surabaya (2011).

Puisinya Miskin ikut dibukukan di Antologi puisi Syair Suara Lima Negara yang diterbitkan oleh penerbit (Tuas Media) 2012 yang bekerjasama dengan Komunitas sastra Borneo, Embun Bumi, Pasukan Bayu, dan Akulah Penjagamu ikut dibukukan di Antologi puisi 250 PUISI CINTA INDONESIA bulan Oktober 2012 yang diadakan oleh PEDAS, Anggur Kemerdekaan (Penerbit Indira),  dan Kekayaan-BBM terkumpul di antologi puisi Puisi untuk Negri (PUN) penerbit Az-Zahra House Publisher (Oktober 2013).

Serta cerpennya Pena dari Auliya dalam Antologi cerpen “Sepucuk Surat untuk Tuhan”, (Pesma An-Najah Press) Nopember  2012 dalam lomba cipta cerpen tingkat Nasional. Pohon Kerinduan (Indie Publishing) Januari 2013 dan Ruang Jiwa (Penerbit Harfeey) Maret 2013. Selamat Tinggal Bunga-Bungaku dalam Antologi Puisi “Lentera Sastra” (Sembilan Mutiara Publishing), Mei 2013. Ketika Cinta Bersama Tuhan dalam antologi cerpen “Catatan Hijrah; Mengejar Cinta-Nya” (Tim Al-Nafi, CV. Fitri Wede Publishing House), Maret 2020. Dan pada Tahun 2022 ini, tepatnya pada tanggal 25 April 2022 mulai aktif menulis di kompasiana dengan alamat: https://www.kompasiana.com/mabdrahim

6 responses to “Menumbuhkan Kesadaran Menuju Siswa Teladan

Leave a comment